BANGKITNYA KAUM CENDEKIA (INTELEKTUAL); Suara Mereka Benteng Terakhir
Oleh: Muhd Nur Sangadji
JATI CENTRE – Pada satu pertemuan stakeholder di Universitas Tadulako sekira tahun 2010. Ada seorang birokrat mengungkapkan kerinduannya kepada Forum Rektor Indonesia yang sering tampil ke tengah, memberi gagasan dan teguran di era sentralistiknya Soeharto. Dia bertanya, mengapa kampus saat ini sepi dari pikiran kritis? Padahal, kalian menyandang predikat “Kebebasan Akademik ?
Di negeri mafioso Italia sekitar puluhan tahun lalu, ada satu kajadian menggemparkan. Kala itu, Italia dikuasai kaum mafia. Mereka sangat dikenal dengan semboyan omerta. Bermakna, tutup mulut dan pegang kesetiaan (lihat Laurance Peter, BBC london, 2018). Prinsip lainnya adalah, ambilah dari orang apa miliknya, sebelum mereka ambil dari kamu, apa milikmu.
Bila kita nonton film The Sicillian, yang diangkat dari bukunya Mario Puzo dengan judul yang sama. Kita pasti kenal para tokoh geng mafiaso ini. Ada nama geng yang sangat populer. “Nosa Costra”,(urusan kita). Saya sengaja pilih yang ini, karena relatif mirip penyebutannya dengan nama appartement ku tahun 1995, “Sona Cotra”. Letaknya di kawasan Voux en Velin, kota Lyon-France.
Pemerintah yang frustrasi dengan geng mafiaso ini, lalu mengambil tindakan populis, menghukum gantung para pencuri di depan umum untuk efek jera. Namun, ketika tindakan hukuman gantung itu dilakukan, banyak sekali pengunjung kehilangan dompetnya. Ironik.
Begitulah kekacauan situasi kala itu. Gangster mafiaso ini merambah manusuk masuk ketubuh kekuasaan, polisi, jaksa, parlemen hingga dunia usaha. Mereka yang menjadi korban adalah masyarakat secara luas.
Hukum setara untuk semua, hanyalah mimpi. Hukum dijatuhkan hanya untuk orang lain yang bukan keluarga, kelompok dan kroni. Anjuran moral dengan pidato menggebu-gebu tidak labih dari sekedar tipu daya semata. Di dunia nyata, publik melihat faktanya bertolak belakang.
Teringatlah saya akan nasehat yang sangat agung dari Rasul Allah. Bahwa, hancurnya kaum terdahulu adalah karena mereka menghukum orang kecil dan membiarkan para kerabatnya berbuat nista. Mungkin juga, Inilah soal besar negeri kita hari ini yg bikin kita sulit beranjak maju. Khabar emperik terdahulu, bukanlah sekedar tidak beranjak maju, tapi justru menuju ke gerbang kehancuran.
Maka di titik ini, saya ingin ajak kaum cendekia untuk bangun dari tidur panjang. Keluarlah dari laboratorium dan ruang kelas ketika mendengar atau melihat gedung sebelah terbakar. Mungkin satu ember air tidak bisa memadamkan api. Tapi, dunia peradaban mencatat sebagai usaha. Bahkan boleh bisa, kita terbakar karena kemulian bertindak.
Dalam ruang fakta, mari ikut menolak seruan palsu dan ke pura puraan. Dengan kecerdasan intelektualnya, pastilah kaum cendekia mudah membedakannya. Celaka, kalau malah ikut
serta menjadi bagiannya. Penyokong kezaliman. Baca Julien Benda, ” la trahison des clercs”, panghianatan kaum cendekiawan “.
Julian menulis artikel ini saat melihat kaum cendekia di Eropa, khususnya di Perancis. Mereka kala itu, menjadi penyokong yang taqlid (ikut ikutan) kepada apapun yang diucapkan atau dilakukan oleh pemimpinnya. Kaum cerdik pintar ini melakukan aksi pragmatisme itu karena mengejar tenar, materi, kedudukan, jabatan dan ingin cari selamat.
Memori ku lantas tertuju pada nasehat maha guru yang pernah menjadi Rektor IPB, Andi Hakim Nasution. Namanya diabadikan di aula terbesar di kampus itu. Beliau berucap satu ketika untuk menasehati kaum cendekia. Janganlah kamu mencari ketenaran, carilah kebenaran, kamu akan memperoleh kedua-duanya.
Pikir ku, kaum cendekia atau para cerdik pandai adalah benteng moral yg penghabisan. Mereka ada pada barisan ke 4 di luar trias politikanya Charles Louis De secondat, Baron De la brede et De la Montesquieu. Selanjutnya lebih populer dipanggil Montesquieu saja. Montesque ini yang membagi kekuasaan pada tiga barisan ; eksekutif, legeslatif dan yudikatif. Tapi, kita sedang menunggu barisan ke empat, kaum cendekia.
Ketika mereka, kaum cendekia atau kaum ilmuan ini terlewati, terbeli atau terjinakan. Pertanda, benteng itu telah runtuh. Nampaknya tahun 2024 ini, ada tanda-tanda mereka bangkit.
Wallahu A’lam bi Syawab.***